YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 07 Juli 2012

#UIGue, panggilan jiwa utk UI yg lebih baik !!


Gedung berlantai 4 itu menjadi saksi, menjadi pijakan mahasiswa2 yg masih peduli dengan tangisan mahasiswa, yang masih mendengar jeritan2 di dalam lubuk hati tak tersampaikan. Gedung itu senantiasa bergetar akibat gema2 toa yg terus berkoar akan jeritan mahasiswa.

ratusan mahasiswa berjaket kuning bermakara itu melangkahkan kakiny k depan gedung "hijau putih" itu, untuk satu tujuan, untuk menyuarakan hati2 yang senantiasa menjerit akibat mahalny biaya kuliah profesi di kampus "hijau putih" itu. tak henti2ny teriakan demi teriakan penuh gelora dilayangkan kepada kaca2 ruang dekan "hijau putih" itu, dengan harapan beliau masih mempunyai telinga yg mampu mendengar jeritan2 mahasiswa yang selama ini tertutup oleh bobrokny transparansi di fakultas "hijau putih" itu.

jeritan mahasiswa itu begitu menggelora, hingga ke pelosok hati yang paling dalam, walaupun berbeda hati, namun tetap satu kepentingan, menginginkan biaya kuliah yang murah, yang bisa dijangkau oleh setiap kalangan, karena impian mahasiswa fakultas "hijau putih" itu sungguh besar, sungguh ironi, jika impian itu harus terkubur hanya diakibatkan oleh kebijakan stakeholder2 yang tidak memikirkan kantong mahasiswa, hanya memikirkan kantong dirinya sendiri.

transparansi, itulah yg kami suarakan. kemana uang yang orangtua kami bayarkan? kemana larinya "koin2" yang bertebaran di tangan2 mereka? untuk pembangunan gedungkah? untuk perbaikan fasilitaskah? atau untuk mengeyangkan perut sebagian orang di atas sana? ya, kami hanya bisa meringis kesakitan, menahan kesedihan, menatap langit berharap ada malaikat yang memberikan jawabanny kepada kami.

aksi "freeze mob", berdiam sejenak, memikirkan betapa bobrokny kebijakan kampus tercinta ini, merenungkan betapa mirisny sistem keterbukaan publik di kampus tercinta ini, kampus yang katany menyandang nama rakyat, namun sama sekali tidak merakyat. sungguh, kalau "the founding father" pendidikan Indonesia melihat ini semua, mereka akan menangis, sampai darah pun tak mengalir di tubuh mereka.

ini bukan sebuah seruan dari seorang ketua BEM, ini bukan ajakan dari seorang kastrat atw pusgerak, ini bukan rayuan dari seorang Akprop, tapi ini sebuah panggilan dari lubuk hati yang paling dalam, untuk membela diri sendiri, mahasiswa lain, calon maba, bahkan seluruh rakyat Indonesia, untuk kembali "mengingatkan" bahwasany UI adalah kampus RAKYAT, yang menyandang nama RAKYAT, yang seharusny meRAKYAT.

ini bukan tentang cerita, ini bukan sekadar tulisan, tapi ini lebih kepada goresan tinta yang ditetesi oleh lumuran darah oleh goresan2 pisau kehinaan yang terus mencabik2 tubuh mahasiswa yang menjerit di luar sana.

terpanggil hatiny untuk membela mahasiswa FKG? terpanggil hatiny utk menuntut UI yang lebih meRAKYAT?

kenakan jakunmu, kami tunggu esok jm 9 di rotunda.
Hidup Mahasiswa !!
Hidup rakyat tertindas Indonesia !!

Jumat, 08 Juni 2012

No Wamen No Cry


Ketidakjelasan posisi wakil menteri semakin mencuat ke permukaan setelah putusan Mahkamah Konstitusi(MK) tentang Kementerian Negara yang mengabulkan sebagian permohonan pemohon, penjelasan pasal 10 Undang Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negerabertentangan dengan Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945″. Putusan ini semakin menggenggam opini masyarakat, sebenarnya jikalau tidak ada wakil menteri, negeri ini akan compang-camping?
            Dalam UU No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara sudah jelas mengatur bahwa Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin Kementerian, yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pembentukan Kementerian dilakukan dengan nomenklatur tertentu setelah Presiden mengucapkan janji/sumpah setelah resmi diangkat. Pengubahan Kementerian adalah pengubahan nomenklatur Kementerian dengan cara menggabungkan, memisahkan dengan menggantikan nomenklatur Kementerian yang sudah terbentuk. Lalu, untuk pengangkatan jabatan wakil menteri merupakan hak Presiden bila dirasakan perlu dalam sebuah kementerian.
            Pengangkatan wakil menteri yang saat ini menjadi buah bibir masyarakat, yang hanya Presiden yang bisa menjawabnya. Pernyataan yang mencuat ke permukaan, bila memang dirasa perlu Presiden mengangkat wakil menteri, lantas keperluan apakah yang membuat Presiden sampai mengangkat seorang wakil menteri di kementerian kabinet bersatu jilid II ini? Apakah Presiden merasa posisi menteri yang beliau angkat itu dirasa tidak bekerja maksimal, atau beban kerja menteri terlalu berat, sehingga mengharuskan dirinya mengangkat wakil menteri di bawah posisi menteri? Pertanyaan yang terus melangit, namun tak sampai jawabannya di Bumi. Perlu ada keterbukaan informasi publik terkait keputusan Presiden ini.
            Dalam menjalankan good governance, aspek keterbukaan informasi publik menjadi salah satu aspek yang penting, dengan tujuan untuk menjawab keraguan-keraguan serta opini publik yang dilayangkan kepada Presiden sebagai pelaku good governance, serta menimbulkan kepercayaan publik yang tinggi. Dalam UU No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik, keterbukaan informasi publik menjamin hak warga salah satunya untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik. Pengangkatan wakil menteri ini merupakan kebijakan publik, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan, sehingga perlu adanya keterbukaan informasi publik untuk menghilangkan keraguan-keraguan yang ada.
            Melalui keterbukaan informasi atas alasan yang Presiden miliki untuk mengangkat wakil menteri ini akan menjawab keraguan dan opini yang ada, juga dapat menentukan langkah selanjutnya apakah wakil menteri ini memang benar-benar dibutuhkan, atau tidak dibutuhkan sama sekali, dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang ada, sehingga harapannya ke depan, Indonesia akan menjadi pemerintahan yang menjalankan sistem good governance sepenuhnya.

Kamis, 17 Mei 2012

snmptn undangan ga dapet? so what??

gatau kenapa pengen cerita tentang kegagalan snmptn undangan gw, kata orang sih kegagalan seseorang bisa jadi pelajaran untuk keberhasilan. singkatnya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda :)

tepat hari ini (kayaknya) pengumuman snmptn undangan resmi diumumkan.
2011, tahun gw, adalah pemberlakuan snmptn undangan pertama kali, seolah-olah angkatan gw jadi angkatan percobaan trus dari dulu, contohnya pas SMA pemberlakuan 5 paket UAN. Berubah-berubahnya sistem pendidikan di Indonesia, kayaknya sih cermin dari "kegalauan" pemerintah sendiri. Ganti pemimpin, ganti pula segala sistem pemerintahan Indonesia, terutama pendidikan. *eh

padahal pendidikan itu awalnya dirintis oleh Ki Hajar Dewantara untuk memperjuangkan hak seluruh rakyat Indonesia untuk merasakan pendidikan, sehingga Indonesia bisa mandiri, bebas dari penjajahan. Salah satu cerminannya adalah perguruan tinggi yang ada itu satu tujuan, yaitu memberikan kesempatan untuk pelajar Indoensia untuk merasakan pendidikan Indonesia.

namun, saat ini?? pendidikan Indonesia berada di ambang "komersialisasi". apa itu?? ya, pendidikan digunakan untuk meraih kekayaan sebesar-besarnya. contohnya? RSBI atau SBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang menjanjikan sistem dengan mengutamakan fasilitas yang memadai sebagai penunjang pendidikan, padahal penunjang pendidikan yang paling utama itu adalah tenaga pendidik, bukan fasilitas. Tampaknya juga, RSBI itu hanya sebagai meraih eksistensi, karena kualitas RSBI dan reguler di beberapa sekolah tidak jauh berbeda.

komersialisasi pun menjarah ke perguruan tinggi. perguruan tinggi terus menggalakkan titel "world class university", bagus sih, tapi tampaknya titel yang dimaksud adalah titel secara kualitas fisik, bukan kualitas lulusannya. Kualitas gedung memang sangat bagus, namun kualitas mahasiswa masih dipertanyakan. sehingga, "komersialisasi" pun menjadi jalannya. Ini seperti menyaring calon mahasiswa bukan dari segi kualitas kecerdasan, namun dari segi kuantitas uangnya.

eh kok jadi ngomongin politik ya? maklum deh, anak mipa passion politik :P
balik lagi ke topik..

jadi snmptn undangan gw milih kedokteran ui, teknik kimia ui, ama kimia ui, trus ama itb gw lupa jurusannya. pas tanggal 17 Mei pengumuman undangan diumumin di situs resmi snmptn undangan. dan gw ga keterima ...

sakit hati sih, ngarepin undangan biar tenang trus gausah belajar lagi hahaha..
tapi kalo gw keterima, gw ga bakal ngerasain nikmatnya dapetin apa yang gw pengenin dengan keringet sendiri. bimbel sana sini, belajar pagi malem, siang sore kongkow lah ya :D

jadi sebelum snmptn undangan, orangtua nyaranin gw buat daftar universitas swasta, sebut Universitas Yarsi. kenapa? soalnya sodara2 gw merekomendasiin ke orangtua gw. ya, gw sebenernya gamau, karena biaya kuliahnya itu, masuk aja 200juta, per semester 70 juta. stress kan -,- ohiya itu biaya masuk kedokterannya...

gw disuruh ikut ujian tulisnya, ya gw ikut aja, gamau bantah orangtua. dan ... keterima ... antara alhamdulillah dan astaghfirullah.. alhamdulillah, gw udh bikin orangtua tenang seenggaknya gw abis SMA ga nganggur, astaghfirullahnya, gw ga ngebayangin bayar kuliah segitu uang orangtua -,- dan gw bakal jadi beban berat harus sukses kuliahnya dengan niatan gamau ngecewain orangtua yang udah bayar uang segitu...

pas ga keterima undangan, orangtua gw ngomong, "untung ya udah keterima di Yarsi, jadi seenggaknya kamu ga nganggur".. gw cuma bisa diem, dan ngomong dalem hati, "ga, gw ga boleh tenang, gw harus masuk univ negeri, tepatnya UI"..

tapi yang gw bingung adalah, gw harus dapet kedokteran UI di snmptn tulis, soalnya bokap gw pengen banget gw masuk kedokteran. what the .. -,- berat men, otak gw ganyampe -,-

namun dengan segala cara, gw berusaha ngeyakinin kalo kedokteran bukan segalanya ke bokap gw, tp tetep bokap bilang kedokteran yang terbaik -,- .. ya, debat panjang sepanjang belajar buat snmptn tulis.. dan bokap gw terus ngomong, "udah Yarsi aja udah, masalah bayaran, kamu gausah pikirin".. gw cuma diem, dan ngomong dalem hati, "ga, gw harus bisa masuk UI, HARUS"

dan sekarang, gw udah berada di Kimia MIPA UI men..
masalah bokap gw?? alhamdulillah bokap gw ridho.. :)

sekian..
semoga bermanfaat, terutama buat adek kelas yang bentar lagi mau liat pengumuman snmptn undangan :)

Kamis, 19 Januari 2012

menghargai peneliti(an)


            Apresiasi yang besar dari masyarakat Indonesia terhadap kemunculan produk asli Indonesia, mobil Esemka, di awal tahun 2012, mengindikasikan bahwa produk Indonesia siap bertarung dengan produk luar negeri. Untuk itu, tentunya riset dalam bidang industri harus terus dikembangkan. Namun, kemajuan ini harus menunggu terompet yang menandakan tahun 2012 menghampiri, sungguh waktu yang sangat lama bagi Indonesia yang sudah merdeka 65 tahun lamanya.
            Dalam bidang SDM, Indonesia tidak perlu diragukan lagi, sudahlah mobil Esemka ini menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia tak perlu khawatir Namun, permasalahan terletak pada kurangnya perhatian pemerintah terhadap peneliti di Indonesia. Acapkali muncul isu tentang hijrahnya peneliti Indonesia untuk melakukan penelitian di luar negeri. Beberapa alasan dilontarkan, di antaranya kebutuhan finansial tidak tercukupi, yang seorang senior LIPI hanya menerima gaji 3,6 juta per bulan dan tunjangan 1,4 juta per bulan dengan total gaji 5 juta per bulan, tentunya berbeda jauh dengan penawaran dari Malaysia sebesar 45 juta rupiah per bulan, dan Amerika Serikat 90 juta per bulan.
            Dalam hal SDA, tentunya Indonesia adalah ‘surga’ bagi para peneliti untuk mengeksplor lebih dalam isi dari perut bumi Indonesia ini. Terbukti, banyak peneliti luar negeri yang semakin meyakinkan niatnya untuk mengisi waktu penelitiannya di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia ini pernah digambarkan oleh pidato seorang Soekarno di Surakarta pada tahun 1960an. Beliau mengatakan begini, “Sekarang ini kekayaan kita yang mengagumkan dunia itu sekedar what we have scratched from the surface of our country. Belum kita mengetahui apa lagi Indonesia ini isinya, oleh karena kita memang belum selidiki sama sekali. Ini yang kita ketahui baru, boleh dikatakan, baru yang kita tahu sekarang ini : on the surface. Surface itu kulit, kulit atas itu lho." Lantas ia melanjutkan lagi pengenalannya akan alam Indonesia, "Kita baru garuk kulit tanah air. Huh, ada timahnya, huh, ada minyaknya, huh ada tehnya, huh, ada gulanya, huh, ada tembakaunya, huh, kulitnya, tetapi apa yang terkandung in the womb, di dalam haribaan Ibu Pertiwi, kita belum tahu. Kita belum tahu apa yang terbenam di dalam tanah Indonesia ini. Maka oleh karena itu, saya berkata: kekayaan kita ini baru, what we have scratched from the surface of our country." Tentunya SDA bukanlah menjadi penghalang bagi peneliti Indonesia untuk meneliti di negerinya sendiri atau bukanlah menjadi alasan untuk hijrah.
            Sudahlah mobil Esemka menjadi ‘tamparan’ bagi pemerintah untuk menghargai peneliti(an) di Indonesia. Kemajuan penelitian juga menjadi salah satu indikator maju mundurnya sebuah bangsa. Negeri ini terlalu kaya untuk diteliti, oleh sebab itu negeri ini juga harus melahirkan peneliti-peneliti yang bisa mengeksplorasi kekayaan alam ini tidak hanya sekadar permukaannya saja, namun sampai ke perut bumi Indonesia. Oleh karena itu, menghargai peneliti(an) di Indonesia sangat diperlukan sehingga peneliti betah dan bisa memajukan perindustrian Indonesia.

tulisan gue yg satu ini gue coba kirim ke redaksi seputar indonesia, tp ga dimuat sepertinya T.T tetep semangat lah buat tulisan berikutnya :D
salam spons :D

RSBI, Kastanisasi pendidikan di Indonesia

           Sungguh mulia sekali cita-cita bapak pendidikan Indonesia beserta beberapa tokoh perjuangan bidang pendidikan pada zaman menuju kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara dan tokoh seperti Ahmad Dahlan dalam menghilangkan diskriminasi pendidikan yang hanya diperuntukkan kepada golongan non pribumi. Sebagai contoh, Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara yang menjadi pelopor perjuangan bangsa, menjadi batu acuan kesadaran wawasan pengetahuan masyarakat Indonesia. Ahmad Dahlan, pelopor sekolah Muhammadiyah, pun menjadi cambukan kepada bidang pendidikan, bahwasanya pengetahuan umum harus diimbangi dengan aspek keagamaan. Pendidikan yang mereka tawarkan semuanya memiliki tujuan yang mulia, yang memelopori pendidikan sebagai suatu cambuk kesadaran masyarakat untuk memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, namun tidak melupakan aspek keagamaan yang menjadi aspek penting dalam pendidikan itu sendiri.

           Sebuah transisi yang sangat besar dilakukan oleh beliau, dari ketidaktahuan masyarakat tentang pentingnya pendidikan, tentang terjajahnya keinginan untuk mengenyam pendidikan, bahkan untuk mengecap pendidikan sekalipun ke arah sebuah kesadaran besar akan betapa butuhnya mereka sebuah pendidikan bagi setiap golongan, menghilangkan adanya sebuah diskriminisasi terhadap peserta pendidikan. Sebuah pertanyaan besar muncul atas dasar kesadaran mereka untuk membuat bangsa Indonesia lepas dari belenggu tangan laknat para penjajah, “kapan bangsa ini merdeka, kalau rakyatnya diperlakukan seperti ini?”. Kesadaran tersebut pula yang menjadi sebuah dasar kebangkitan pendidikan nasional.
            Hari demi hari, tahun demi tahun, masa pun telah berganti, sudah enam puluh enam tahun bangsa ini telah menikmati kemerdekaannya.Selama itu pula, bangsa ini masih bisa belum lepas dari sejumlah masalah dalam bidang pendidikan. Mulai dari permasalahan infrastruktur sekolah, kegagalan sejumlah sekolah dalam mendidik siswanya, mewabahnya plagiarisme di kalangan pelajar, semakin tertanam mindset orientasi kepada hasil, hingga masalah yang baru mencuat, yaitu hitam putihnya masalah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
            Perlu tentunya kita mengetahui bagaimana sistem RSBI ini terbentuk. Sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya pemerintah melalui Pendidikan yang dimaksud di sini tentunya adalah pendidikan yang bermutu serta berkualitas dalam tujuannya menghasilkan lulusan yang berkualitas pula dengan pembiayaan yang minimal.
            Seiring berjalannya waktu, kata-kata pembiayaan yang minimal seolah hanya tetesan tinta yang tertulis di lembaran kertas saja, namun realisasinya masih dipertanyakan, karena ditemukan sejumlah diskriminasi dan kastanisasi dalam penyelenggaraan sistem RSBI ini. Hanya orang yang lahir dari orangtua yang berkantong yang dapat merasakan sistem pembelajaran ini. Sedangkan bagi orang yang berasal dari keadaan ekonomi yang pas-pasan, merasakan RSBI hanyalah sebuah goresan tinta putih di atas kertas putih.
            Realitas kastanisasi tersebut tidak bisa dilepaskan dari pola rekrutmen yang hanya diperuntukkan kepada orang yang berharta. Harapan kelas RSBI dapat ditopang oleh orang yang berharta, karena hanya orang yang berani membayar mahal yang bisa dimanfaatkan untuk perbaikan dan pengadaan fasilitas sekolah untuk menunjang pembelajaran, seperti AC, LCD, ruang kelas yang megah, dan sebagainya.
            Lepas dari komitmen awal dari pendirian kelas RSBI ini yang memiliki janji untuk meningkatkan mutu lulusan yang berkompeten, yang dapat bersaing dalam pentas global, namun dalam realitasnya, sistem ini cenderung difungsikan sebagai sesuatu yang pragmatis.
            Banyak sekolah yang mengajukan dirinya kepada pemerintah untuk memegang amanat sebagai penyandang RSBI ini, namun tidak sedikit dari sekolah-sekolah pengaju RSBI tersebut yang infrastruktur dan fungsi fungsionalnya belum berjalan dengan baik, bahkan jauh dari sebuah syarat dari penyandang RSBI ini. Namun, apa yang menjadi dorongan untuk mengajukan dirinya untuk menyandang RSBI ini?
            Pertama, RSBI sudah jelas memiliki tarif yang berbeda dengan kelas reguler. RSBI sudah jelas pula tidak mungkin menampung calon-calon pelajar yang berasal dari ekonomi lemah karena tuntutan seleksi finasial yang kian melangit. RSBI tidak lain sebagai kelas “bertarif” (biaya) internasional, bukanlah “bertaraf” (kualitas) internasional.
            Kedua, RSBI ini seperti alat komersialisasi. Alat perdagangan. Beberapa sekolah berlomba-lomba menyandang RSBI ini semata mata untuk “menjual” nama sekolah mereka ke calon-calon pelajar supaya banyak calon pelajar yang mendaftar. RSBI hanya sebagai penghias tulisan di spanduk penerimaan siswa baru. Kelas RSBI ini pun seperti ajang pengumpulan uang sebanyak-banyaknya, karena hanya orang berharta saja dan berani membayar berapapun mahalnya yang dapat merasakannya. Komersialisasi ini pun semakin dihalalkan, karena tidak adanya seleksi akademik yang ketat, namun ditekankan pada seleksi finansial.
            Ketiga, kata diskriminisasi mau tidak mau harus diterima. Kelas yang menyandang RSBI diberikan pelayanan yang lebih, fasilitas yang lebih serta perhatian yang membuat iri penyandang reguler di pundak. Anekdot tukang becak, “bayar murah kok minta selamat” tepat untuk menggambarkan kondisi ini.
            Keadaan ini jauh sekali dengan tujuan awal dari pendidikan yang digalakkan oleh Ki Hajar Dewantara dan Ahmad Dahlan. Pendidikan yang awalnya menjadi cambuk untuk mengeluarkan diri dari belenggu penjajah dengan cara membangun kesadaran untuk berubah, dengan menanamkan nilai-nilai moral yang baik, nilai etika yang berkualitas dengan harapan yang baik pula, dengan mementingkan proses, tidak hanya mementingkan hasil, berubah menjadi pendidikan yang mengorientasikan dirinya hanya pada pencapaian hasil, tanpa melalui sejumlah orientasi proses, yang sangat berbeda seperti yang digalakkan oleh Ki Hajar Dewantara pada awal pembentukan pendidikan dahulu.
            Para tokoh pejuang pendidikan telah mewariskan pemikiran tentang esensi pendidikan yang baik. Mereka tidak hanya mengorientasikan pendidikan hanya pada pencapaian hasil, namun pada proses dalam pendidikan itu pula. Pola yang dikembangkan tersebut menghasilkan manusia yang berintelektual dan berkualitas dalam moral. Mindset inilah yang harus kembali dibangun agar dapat menghasilkan manusia yang berintelektual dan bermoral baik.Negeri ini butuh teori-teori cerdas dan aksi-aksi cerdas. Dari proses pendidikan yang cerdas pulalah hal tersebut didapat.

alasan kenapa kita ga punya waktu belajar

Sebenernya, Kalo kita gak punya waktu untuk belajar, itu bukan kesalahan kita loh.. emang waktunya aja kurang, berikut penjelasan kenapa kita bisa kekurangan waktu buat belajar, cek it dot..


Dalam 1 tahun, ada 365 hari

Dalam 1 tahun ada 52 hari Minggu, 
sisa: 313 hari

Tiap orang tidur 8 jam sehari, kira- kira jadi 122 hari kalo dijumlah
sisa: 191 hari

Tiap hari, orang olahraga 1 jam, biar sehat, gak mau dong kita sakit, total 15 hari
sisa: 176 hari

Tiap hari, orang makan 2 jam, gak mungkin kan belajar dengan perut kosong, total jadi 30 hari
sisa: 146 hari

Ngobrol tiap hari 1 jam, biar kita gak jadi anti sosial dan ketinggalan info dunia luar, total 15 hari
sisa: 131 hari

Hari yang ada ujiannya, pasti terlalu setres kan belajar kalo lagi ujian dan ulangan, minimal 1 tahun 50 hari
sisa: 81 hari

Hari libur nasional, lebaran, natal, imlek, cuti bersama, dan lain lain, total 40 hari
sisa: 41 hari

Hari sakit, normal kan sakit?? itu deh, setahun 10 hari kita sakit
sisa: 31 hari

Libur semester, kan tiap abis semester kita libur, ambil deh 2 minggu, jadi 14 hari
sisa: 17 hari

Waktu kita di perjalanan pulang pergi ke sekolah, ambil deh 30 menit, total, 8 hari
sisa: 9 hari

Nonton tv, dengerin musik, dan lain lain, ambil total 30 menit doang sehari, total 8 hari
sisa: 1 hari

1 hari terakhir ini, udah pasti hari ulang tahun kan??
sisa: 0 hari


Jelas kan kenapa kita gak bisa belajar?? normal dong kalo gak belajar, bukan salah kita dong?

sumber : 9gag.com

Senin, 16 Januari 2012

penantian yang tak kunjung datang

 untuk kali ini, gue bukan ngegalauin kapan seorang cewek ngampirin gue, trus bilang "gue suka ama lo, sal",, atau gue diberikan harapan palsu ama cewek yang baik banget, tp ternyata suka ama cowok lain, atau emang digantungin. ga jamannya sob..

digantungin nilai ama dosen itu sesuatu yah.

semester 1 kelaaaaaaaaaaaar.. perjuangan 4 bulan di masa awal kuliah udah gue lewatin.. adaptasi, orientasi, perkuliahan, hingga ujian pun udah lewat. rasanya kayak kentut, setelah ditahan 4 bulan, dan akhirnya capek itu ilang, lega banget pas teriak "yeaaaaaaaaaaay, semester 1 kelar, saatnya liburaaaaaaaaan"..

sejenak gue melupakan kalo tetep aja liburan semester 1 ini masih ada yg nahan, ibarat udah kentut, tapi masih nahan boker, dan harus cari tempat pembuangan terdekat. lega perjuangan udah dilewatin, tp tiba-tiba harus nerima kenyataan kalo nilai belom keluar. ibarat, udah berjuang abis-abisan, tp masih belom tau hasilnya kayak apa. yak, setan emang.

nostalgia masa sma, liburan berasa tenang,, seenggaknya kalo ada nilai yg belom memuaskan orangtua, udah dikasih tau sebelum liburan, jadi seenggaknya liburan ada dua kemungkinan,, bisa jadi selama liburan have fun,, atau cuman bisa terdiam di kamar,, dan tiap keluar kamar, ada dua makhluk yg siap nusuk bener-bener dari depan, trus ngomong "ngapain keluar, blajar sana di kamar, pokoknya ga ada main-main".. dan, sebagai manusia yang taat akan keadaan, eh taat pada orangtua, cuma bisa ngomong, "iya mah, pah," duduk di kursi, muka nunduk ke bawah, tangan megang hape, benerin simcard.

yak, dinamika masa sma itu bisa jadi kejadian lagi di kuliah, tp tentunya udah ga jamannya dimarahin dulu baru sadar, harus udah ada naluri untuk membanggakan orangtua, yak salah satunya atau cuman satu-satunya, dengan bangga ngasi tau nilai IP perdana di portal akademik yang bisa bikin orangtua ngucapin "selamat ya nak, kami bangga denganmu"

kalimat timbal balik itu tentunya harapan setiap mahasiswa, setiap maba (mahasiswa baru atau mahasiswa abadi).

momen itulah yang lagi gue tunggu, masih terus berharap nilai akan segera keluar di siak (sistem informasi akademik) dan bisa membuat orangtua bangga.

siak menjadi menu favorit setiap mahasiswa UI, terutama mahasiswa perdananya, soalnya hasil perjuangan mereka terlihat di situ melalui IP, entah perjuangan mulus, atau ngos-ngosan. tiap hari sesempet-sempetnya, mahasiswa terus pantengin tuh siak, menunggu 'sesuatu' untuk datang, walaupun penantian yang cukup lama, dan cukup bikin jantung ngap-ngapan (deg-degan).

buka situs siak, arahin mouse ke akademis, arahin kursor ke riwayat dan berharap dag dig dug nilai yang terpampang sesuai ekspektasi, kalo bisa A, ya paling enggak B lah,, sepait-paitnya yang penting lulus juga gapapa,, yang penting untuk semester 1 kagak ada mata kuliah yang ngulang.

digantungin dosen itu sesuatu yah, atau mungkin emang seharusnya nilai udah keluar, problem bisa terletak di dosen yang emang blm masukin nilai ke siak, dikarenakan quota modem mereka abis (derita anak kosan *katanya), atau emang siak yang macet total gara-gara banjir di banten *eh.

oia, untuk fakultas gue, fakultas mipa, ga ada istilah remed, jadi kalo blm lulus, ya ngulang di kesempatan berikutnya ampe lulus, bisa di semester pendek atau semester berikutnya.

yak, harapan selalu ada, mudah-mudahan kenyataan bisa sesuai dengan ekspektasi dan bisa membanggakan orangtua.

salam spons, :D

Sabtu, 14 Januari 2012

homolah sebelum di homoi

"solatlah sebelum disolati" sering banget kata ini dipampang di berbagai media untuk ngajak untuk menyegerakan solat, sebelum terlambat..

tapi, apakah "homolah sebelum dihomoi" berarti jadilah homo sebelum dideketin ama homo? cekidot..

udah jadi pemandangan yang biasa bagi kawanan anak-anak kampank (geng gue) yang isinya makhluk keringet coklat batangan yang kerjanya cuma ngalur ngidul jelas (ga jamannya lagi sob ngalur ngidul ga jelas), ngumpul kebo ama kawanan itu doang, kagak ada ceweknya. #miris

entah kesengajaan atau ketidakwajaran dari geng gue ini yang emang dari awal kebentuk ampe sekarang ngumpulnya cowok doang,, yang cuma bisa nengok kiri kanan mata panas ngeliat makhluk berkeringat coklat batangan. pemandangan yang awalnya jijik, rasanya pengen ngomong "cuy, gue boker dulu yak", dengan alibi bakal ngabur dari kawanan es krim coklat stik sosis tersebut. tapi lama-lama, seiring bergulirnya waktu, ampe 2012 ini kampank makin awet, justru pengen temu-kangen ngumpul ngadu bau keringet dari kota-kota berbeda, depok, jakarta, surabaya, jogjakarta, pengen tau siapa yang paling bau.

okeh, pemandangan yang jijik itu lama-lama jadi kebutuhan tersendiri. awal-awalnya sering ngomong "cuy gue boker dulu yak" bakal alibi, kelamaan alibinya jadi "cuy, otak manusia itu ada kanan ama kiri, gue pengen deh otak kanan gue dikosongin aja, biar penuh ama kenangan kita". yah jijik emang, gombal itu harusnya buat cewe, tapi belom ada cewe yg bisa digombal, akhirnya ngegombal ke sesama aja deh, biar laku.

okeh, setelah beberapa paragraf yang emang mengarah ke jabatan "homo", gue terinspirasi dari idola gue, spongebob yang gue kasi paradigma kalo dia homo, karena maenannya ama patrick mulu, ato ga ngisengin squitward. jarang banget dia maen ke kandangnya sandy, itu pun cuma dianggep sebagai temen, jadi gue anggep hubungan spongebob-patrick lebih dari sekadar sahabat, tapi homo.

yak, sebelom otak kalian menyetel bakal mencet tombol x di atas, gue ngelurusin aje, kalo geng gue ga homo kok, asli, apalagi gue, murni normal, suka ama cewek, walopun miris, blm ada cewek yang nempel lagi setelah setahun lamanya. #miris tapi harus nerima

yak, kayaknya lagi jamannya ngegombal. udah banyak reality show yang ngususin acaranya untuk para batangan gombal. yang awalnya dimulai dari "bapak kamu .... ", "kok tau?" "soalnya ...." ampe berkembang yang lebih kreatif macem "kamu punya duit 1000 ga?" "buat apa?" "buat markir di hati kamu"..

yak jaman cepet berubah, dari tarzan yang make celana doang gara-gara emang segitu doang bahannya, ampe cewe yang bahan celananya bejibun ga karuan, di tarzan-tarzanin, biar asoi seksi.

yak, buat para cowok, jangan ampe gombal-gombal itu disalahgunakan, terutama yang masih single. bisa jadi gombal salah sasaran, ibarat stik es krim salah masuk mulut.

so, homolah sebelum dihomoi. jadilah homo sejati ampe homo pun takut deketin, biar ga dihomoi.
pesen gaib itu boleh lo abaikan, gue cuma pengen ngasi saran buat cowok single di luar sana (gue juga) buat tetep ngejaga stik es krim kalian sebelum tepat waktunya masuk ke dalam mulut seseorang, dan juga jangan ampe salah mulut. eh salah, maksudnya tetep semangat buat para jombloers.

salam spons, :D

Rabu, 11 Januari 2012

1000 rupiah??

yak sebenernya ini kejadian udah lama, 3 maret 2010, gue liat di note fb ahahaha,, semoga menginspirasi :)

Sekarang gw pengen buat suatu inovasi bersensasi dalam bernote, supaya orang-orang terinspirasi dengan cerita gw ( mudah2an, hoho ).. Langsung aja, kisah gw ini baru gw alami tadi pulang sekolah yang gw pulang lebih lambat dari biasanya, yakni jam setengah tujuh.. Gw mulai pusing ga karuan karna udah malem, karna semalem-malemnya gw balik itu sebelum maghrib, serta gw balik transit di senen.. Dan feeling gw yang mengatakan malem-malem di senen itu kagak enak, bawaannya serem ama preman-preman di situ ( padahal kalo dipikir-pikir preman palingan takut ngeliat badan gw hoho ), tapi yang namanya feeling emang udah ngerasa paling bener deh.. Akhirnya gw mutusin buat ngajak bangkit yang pertamanya dia pengen ikut ridho.. Gw dengan santenya bilang, "gw bayarin deh angkotnya" ( bukan angkotnya yang dibayarin, tapi ongkosnya haha jayus ).. Oke, bangkit bilang oke..

Jalanlah gw bersama bangkit menuju kendaraan biru roda empat berbahasa prancis, MO1 .. Di jalan, gw sempet-sempetnya ngitung duit di kantong sambil ngubek-ngubek kantong saku gw itu.. Gw itung-itung cuman ada 4 ribu lima ratus rupiah ( 4500 ).. Gw baru nyadar untuk naik angkot uangnya kurang, untuk perjalanan dari senen ke rumah masing-masing.. Waduh, udah keburu janji bayarin orang lagi, ridhonya yang naik motor udah kagak tau kemana, jadi gw harus nepatin janji gw, walaupun gw harus muter otak.. Masuklah kita berdua ke dalam angkot, sambil gw nginget-nginget lagi apakah masih ada uang kecil di dompet, dan gw inget masih ada 500 di dompet gw, akhirnya selama perjalanan di kramat yang sempet stress nginget uang, gw lega untuk sementara waktu.. Dan terkumpullah uang 5000.. Udah selesai deg-degan gw.. Akhirnya untuk meredakan stress gw, gw ngobrol singkat dengan bangkit..

Nyampelah kita di senen dengan gw membayar 4000 untuk kita berdua ke supir M01.. Gw mikir, sebenernya gw harus naik M37 yang bayarannya 2000 untuk ke rumah gw, dan GW CUMAN PUNYA 1000.. Oh noo, GILA GW NAEK APA!!! Akhirnya gw milih naik P10 yang memang setelah nyampe di dempet ( transit sebelum balik lagi ke senen ) gw musti jalan kaki lumayan jauh.. Tapi gapapa lah, daripada nanti gw ribut ama supir M37 gara-gara bayar cuman 1000, yaudahlah gw naik P10 yang memang bayar cuma 1000.. Naiklah kita berdua ke P10 ( jurusan rumah gw ama bangkit sama, cuman bangkit turun duluan ).. Duduklah kita berdua di depan pintu belakang.. Pas kneknya nagihin, gw bayar dengan tenangnya.. Pas kneknya nagihin ke bangkit, GW BARU INGET GW UDAH JANJI BAYARIN DIA!!! Ahhh, LUPA GW !!! Keringet mulai mengalir di badan gw.. OH NO, GW LUPA KALO GW UDAH JANJI BAYARIN BANGKIT!!! Akhirnya selama perjalanan gw duduk sambil mikir gimana caranya supaya gw bisa bayar 1000nya bangkit.. Si knek ternyata ga nyadar kalo bangkit blom bayar..

Baguslah, jadi ada kesempatan buat gw untuk mikir.. Gw sempet mikir sih di dompet gw ada uang simpenan, yang hanya boleh dikeluarin kalo ada kondisi darurat, dan gw mikir akhirnya untuk pake uang itu, karna lagi DARURAT BANGET.. Pada saat ini bangkit udah turun, yaudah gw bilang ke kneknya uang tadi buat bayar anak sekolah yang satu lagi selain gw ( bangkit ).. Akhirnya gw tanya ke kneknya, gw tunjukkin uang gw dan dia bilang ga ada kembaliannya.. KICUAPLAH GW!!! Dan akhirnya gw nanya orang-orang untuk nukerin uang gw, dan berhasil.. Dengan sigapnya, gw langsung kasih 5000 ke kneknya, dan dibalikin 4000, karena gw takut gw ga sempet bayar ( akibat kondisi tertentu ) dan supaya hati gw lega.. Di jalan gw menikmati sisa perjalanan sambil gw mengingat kondisi gw di rumah yaitu : UANG 1000 SELALU GW TARO SEMBARANGAN, DAN AKHIRNYA GW SADAR BETAPA PENTINGNYA 1000 ITU!!

Teman-teman jangan pernah meremehkan uang sepeser pun, karena menghambur-hamburkan atau menyepelekan uang sekecil apapun akan menjadi laknat bagi kita..

This is the true story..
Makasih, mudah2an kalian menjadi terinspirasi untuk menghargai uang yang kalian punya..