YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 19 Januari 2012

menghargai peneliti(an)


            Apresiasi yang besar dari masyarakat Indonesia terhadap kemunculan produk asli Indonesia, mobil Esemka, di awal tahun 2012, mengindikasikan bahwa produk Indonesia siap bertarung dengan produk luar negeri. Untuk itu, tentunya riset dalam bidang industri harus terus dikembangkan. Namun, kemajuan ini harus menunggu terompet yang menandakan tahun 2012 menghampiri, sungguh waktu yang sangat lama bagi Indonesia yang sudah merdeka 65 tahun lamanya.
            Dalam bidang SDM, Indonesia tidak perlu diragukan lagi, sudahlah mobil Esemka ini menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia tak perlu khawatir Namun, permasalahan terletak pada kurangnya perhatian pemerintah terhadap peneliti di Indonesia. Acapkali muncul isu tentang hijrahnya peneliti Indonesia untuk melakukan penelitian di luar negeri. Beberapa alasan dilontarkan, di antaranya kebutuhan finansial tidak tercukupi, yang seorang senior LIPI hanya menerima gaji 3,6 juta per bulan dan tunjangan 1,4 juta per bulan dengan total gaji 5 juta per bulan, tentunya berbeda jauh dengan penawaran dari Malaysia sebesar 45 juta rupiah per bulan, dan Amerika Serikat 90 juta per bulan.
            Dalam hal SDA, tentunya Indonesia adalah ‘surga’ bagi para peneliti untuk mengeksplor lebih dalam isi dari perut bumi Indonesia ini. Terbukti, banyak peneliti luar negeri yang semakin meyakinkan niatnya untuk mengisi waktu penelitiannya di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia ini pernah digambarkan oleh pidato seorang Soekarno di Surakarta pada tahun 1960an. Beliau mengatakan begini, “Sekarang ini kekayaan kita yang mengagumkan dunia itu sekedar what we have scratched from the surface of our country. Belum kita mengetahui apa lagi Indonesia ini isinya, oleh karena kita memang belum selidiki sama sekali. Ini yang kita ketahui baru, boleh dikatakan, baru yang kita tahu sekarang ini : on the surface. Surface itu kulit, kulit atas itu lho." Lantas ia melanjutkan lagi pengenalannya akan alam Indonesia, "Kita baru garuk kulit tanah air. Huh, ada timahnya, huh, ada minyaknya, huh ada tehnya, huh, ada gulanya, huh, ada tembakaunya, huh, kulitnya, tetapi apa yang terkandung in the womb, di dalam haribaan Ibu Pertiwi, kita belum tahu. Kita belum tahu apa yang terbenam di dalam tanah Indonesia ini. Maka oleh karena itu, saya berkata: kekayaan kita ini baru, what we have scratched from the surface of our country." Tentunya SDA bukanlah menjadi penghalang bagi peneliti Indonesia untuk meneliti di negerinya sendiri atau bukanlah menjadi alasan untuk hijrah.
            Sudahlah mobil Esemka menjadi ‘tamparan’ bagi pemerintah untuk menghargai peneliti(an) di Indonesia. Kemajuan penelitian juga menjadi salah satu indikator maju mundurnya sebuah bangsa. Negeri ini terlalu kaya untuk diteliti, oleh sebab itu negeri ini juga harus melahirkan peneliti-peneliti yang bisa mengeksplorasi kekayaan alam ini tidak hanya sekadar permukaannya saja, namun sampai ke perut bumi Indonesia. Oleh karena itu, menghargai peneliti(an) di Indonesia sangat diperlukan sehingga peneliti betah dan bisa memajukan perindustrian Indonesia.

tulisan gue yg satu ini gue coba kirim ke redaksi seputar indonesia, tp ga dimuat sepertinya T.T tetep semangat lah buat tulisan berikutnya :D
salam spons :D

0 komentar: