YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 19 Januari 2012

menghargai peneliti(an)


            Apresiasi yang besar dari masyarakat Indonesia terhadap kemunculan produk asli Indonesia, mobil Esemka, di awal tahun 2012, mengindikasikan bahwa produk Indonesia siap bertarung dengan produk luar negeri. Untuk itu, tentunya riset dalam bidang industri harus terus dikembangkan. Namun, kemajuan ini harus menunggu terompet yang menandakan tahun 2012 menghampiri, sungguh waktu yang sangat lama bagi Indonesia yang sudah merdeka 65 tahun lamanya.
            Dalam bidang SDM, Indonesia tidak perlu diragukan lagi, sudahlah mobil Esemka ini menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia tak perlu khawatir Namun, permasalahan terletak pada kurangnya perhatian pemerintah terhadap peneliti di Indonesia. Acapkali muncul isu tentang hijrahnya peneliti Indonesia untuk melakukan penelitian di luar negeri. Beberapa alasan dilontarkan, di antaranya kebutuhan finansial tidak tercukupi, yang seorang senior LIPI hanya menerima gaji 3,6 juta per bulan dan tunjangan 1,4 juta per bulan dengan total gaji 5 juta per bulan, tentunya berbeda jauh dengan penawaran dari Malaysia sebesar 45 juta rupiah per bulan, dan Amerika Serikat 90 juta per bulan.
            Dalam hal SDA, tentunya Indonesia adalah ‘surga’ bagi para peneliti untuk mengeksplor lebih dalam isi dari perut bumi Indonesia ini. Terbukti, banyak peneliti luar negeri yang semakin meyakinkan niatnya untuk mengisi waktu penelitiannya di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia ini pernah digambarkan oleh pidato seorang Soekarno di Surakarta pada tahun 1960an. Beliau mengatakan begini, “Sekarang ini kekayaan kita yang mengagumkan dunia itu sekedar what we have scratched from the surface of our country. Belum kita mengetahui apa lagi Indonesia ini isinya, oleh karena kita memang belum selidiki sama sekali. Ini yang kita ketahui baru, boleh dikatakan, baru yang kita tahu sekarang ini : on the surface. Surface itu kulit, kulit atas itu lho." Lantas ia melanjutkan lagi pengenalannya akan alam Indonesia, "Kita baru garuk kulit tanah air. Huh, ada timahnya, huh, ada minyaknya, huh ada tehnya, huh, ada gulanya, huh, ada tembakaunya, huh, kulitnya, tetapi apa yang terkandung in the womb, di dalam haribaan Ibu Pertiwi, kita belum tahu. Kita belum tahu apa yang terbenam di dalam tanah Indonesia ini. Maka oleh karena itu, saya berkata: kekayaan kita ini baru, what we have scratched from the surface of our country." Tentunya SDA bukanlah menjadi penghalang bagi peneliti Indonesia untuk meneliti di negerinya sendiri atau bukanlah menjadi alasan untuk hijrah.
            Sudahlah mobil Esemka menjadi ‘tamparan’ bagi pemerintah untuk menghargai peneliti(an) di Indonesia. Kemajuan penelitian juga menjadi salah satu indikator maju mundurnya sebuah bangsa. Negeri ini terlalu kaya untuk diteliti, oleh sebab itu negeri ini juga harus melahirkan peneliti-peneliti yang bisa mengeksplorasi kekayaan alam ini tidak hanya sekadar permukaannya saja, namun sampai ke perut bumi Indonesia. Oleh karena itu, menghargai peneliti(an) di Indonesia sangat diperlukan sehingga peneliti betah dan bisa memajukan perindustrian Indonesia.

tulisan gue yg satu ini gue coba kirim ke redaksi seputar indonesia, tp ga dimuat sepertinya T.T tetep semangat lah buat tulisan berikutnya :D
salam spons :D

RSBI, Kastanisasi pendidikan di Indonesia

           Sungguh mulia sekali cita-cita bapak pendidikan Indonesia beserta beberapa tokoh perjuangan bidang pendidikan pada zaman menuju kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara dan tokoh seperti Ahmad Dahlan dalam menghilangkan diskriminasi pendidikan yang hanya diperuntukkan kepada golongan non pribumi. Sebagai contoh, Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara yang menjadi pelopor perjuangan bangsa, menjadi batu acuan kesadaran wawasan pengetahuan masyarakat Indonesia. Ahmad Dahlan, pelopor sekolah Muhammadiyah, pun menjadi cambukan kepada bidang pendidikan, bahwasanya pengetahuan umum harus diimbangi dengan aspek keagamaan. Pendidikan yang mereka tawarkan semuanya memiliki tujuan yang mulia, yang memelopori pendidikan sebagai suatu cambuk kesadaran masyarakat untuk memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, namun tidak melupakan aspek keagamaan yang menjadi aspek penting dalam pendidikan itu sendiri.

           Sebuah transisi yang sangat besar dilakukan oleh beliau, dari ketidaktahuan masyarakat tentang pentingnya pendidikan, tentang terjajahnya keinginan untuk mengenyam pendidikan, bahkan untuk mengecap pendidikan sekalipun ke arah sebuah kesadaran besar akan betapa butuhnya mereka sebuah pendidikan bagi setiap golongan, menghilangkan adanya sebuah diskriminisasi terhadap peserta pendidikan. Sebuah pertanyaan besar muncul atas dasar kesadaran mereka untuk membuat bangsa Indonesia lepas dari belenggu tangan laknat para penjajah, “kapan bangsa ini merdeka, kalau rakyatnya diperlakukan seperti ini?”. Kesadaran tersebut pula yang menjadi sebuah dasar kebangkitan pendidikan nasional.
            Hari demi hari, tahun demi tahun, masa pun telah berganti, sudah enam puluh enam tahun bangsa ini telah menikmati kemerdekaannya.Selama itu pula, bangsa ini masih bisa belum lepas dari sejumlah masalah dalam bidang pendidikan. Mulai dari permasalahan infrastruktur sekolah, kegagalan sejumlah sekolah dalam mendidik siswanya, mewabahnya plagiarisme di kalangan pelajar, semakin tertanam mindset orientasi kepada hasil, hingga masalah yang baru mencuat, yaitu hitam putihnya masalah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
            Perlu tentunya kita mengetahui bagaimana sistem RSBI ini terbentuk. Sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya pemerintah melalui Pendidikan yang dimaksud di sini tentunya adalah pendidikan yang bermutu serta berkualitas dalam tujuannya menghasilkan lulusan yang berkualitas pula dengan pembiayaan yang minimal.
            Seiring berjalannya waktu, kata-kata pembiayaan yang minimal seolah hanya tetesan tinta yang tertulis di lembaran kertas saja, namun realisasinya masih dipertanyakan, karena ditemukan sejumlah diskriminasi dan kastanisasi dalam penyelenggaraan sistem RSBI ini. Hanya orang yang lahir dari orangtua yang berkantong yang dapat merasakan sistem pembelajaran ini. Sedangkan bagi orang yang berasal dari keadaan ekonomi yang pas-pasan, merasakan RSBI hanyalah sebuah goresan tinta putih di atas kertas putih.
            Realitas kastanisasi tersebut tidak bisa dilepaskan dari pola rekrutmen yang hanya diperuntukkan kepada orang yang berharta. Harapan kelas RSBI dapat ditopang oleh orang yang berharta, karena hanya orang yang berani membayar mahal yang bisa dimanfaatkan untuk perbaikan dan pengadaan fasilitas sekolah untuk menunjang pembelajaran, seperti AC, LCD, ruang kelas yang megah, dan sebagainya.
            Lepas dari komitmen awal dari pendirian kelas RSBI ini yang memiliki janji untuk meningkatkan mutu lulusan yang berkompeten, yang dapat bersaing dalam pentas global, namun dalam realitasnya, sistem ini cenderung difungsikan sebagai sesuatu yang pragmatis.
            Banyak sekolah yang mengajukan dirinya kepada pemerintah untuk memegang amanat sebagai penyandang RSBI ini, namun tidak sedikit dari sekolah-sekolah pengaju RSBI tersebut yang infrastruktur dan fungsi fungsionalnya belum berjalan dengan baik, bahkan jauh dari sebuah syarat dari penyandang RSBI ini. Namun, apa yang menjadi dorongan untuk mengajukan dirinya untuk menyandang RSBI ini?
            Pertama, RSBI sudah jelas memiliki tarif yang berbeda dengan kelas reguler. RSBI sudah jelas pula tidak mungkin menampung calon-calon pelajar yang berasal dari ekonomi lemah karena tuntutan seleksi finasial yang kian melangit. RSBI tidak lain sebagai kelas “bertarif” (biaya) internasional, bukanlah “bertaraf” (kualitas) internasional.
            Kedua, RSBI ini seperti alat komersialisasi. Alat perdagangan. Beberapa sekolah berlomba-lomba menyandang RSBI ini semata mata untuk “menjual” nama sekolah mereka ke calon-calon pelajar supaya banyak calon pelajar yang mendaftar. RSBI hanya sebagai penghias tulisan di spanduk penerimaan siswa baru. Kelas RSBI ini pun seperti ajang pengumpulan uang sebanyak-banyaknya, karena hanya orang berharta saja dan berani membayar berapapun mahalnya yang dapat merasakannya. Komersialisasi ini pun semakin dihalalkan, karena tidak adanya seleksi akademik yang ketat, namun ditekankan pada seleksi finansial.
            Ketiga, kata diskriminisasi mau tidak mau harus diterima. Kelas yang menyandang RSBI diberikan pelayanan yang lebih, fasilitas yang lebih serta perhatian yang membuat iri penyandang reguler di pundak. Anekdot tukang becak, “bayar murah kok minta selamat” tepat untuk menggambarkan kondisi ini.
            Keadaan ini jauh sekali dengan tujuan awal dari pendidikan yang digalakkan oleh Ki Hajar Dewantara dan Ahmad Dahlan. Pendidikan yang awalnya menjadi cambuk untuk mengeluarkan diri dari belenggu penjajah dengan cara membangun kesadaran untuk berubah, dengan menanamkan nilai-nilai moral yang baik, nilai etika yang berkualitas dengan harapan yang baik pula, dengan mementingkan proses, tidak hanya mementingkan hasil, berubah menjadi pendidikan yang mengorientasikan dirinya hanya pada pencapaian hasil, tanpa melalui sejumlah orientasi proses, yang sangat berbeda seperti yang digalakkan oleh Ki Hajar Dewantara pada awal pembentukan pendidikan dahulu.
            Para tokoh pejuang pendidikan telah mewariskan pemikiran tentang esensi pendidikan yang baik. Mereka tidak hanya mengorientasikan pendidikan hanya pada pencapaian hasil, namun pada proses dalam pendidikan itu pula. Pola yang dikembangkan tersebut menghasilkan manusia yang berintelektual dan berkualitas dalam moral. Mindset inilah yang harus kembali dibangun agar dapat menghasilkan manusia yang berintelektual dan bermoral baik.Negeri ini butuh teori-teori cerdas dan aksi-aksi cerdas. Dari proses pendidikan yang cerdas pulalah hal tersebut didapat.

alasan kenapa kita ga punya waktu belajar

Sebenernya, Kalo kita gak punya waktu untuk belajar, itu bukan kesalahan kita loh.. emang waktunya aja kurang, berikut penjelasan kenapa kita bisa kekurangan waktu buat belajar, cek it dot..


Dalam 1 tahun, ada 365 hari

Dalam 1 tahun ada 52 hari Minggu, 
sisa: 313 hari

Tiap orang tidur 8 jam sehari, kira- kira jadi 122 hari kalo dijumlah
sisa: 191 hari

Tiap hari, orang olahraga 1 jam, biar sehat, gak mau dong kita sakit, total 15 hari
sisa: 176 hari

Tiap hari, orang makan 2 jam, gak mungkin kan belajar dengan perut kosong, total jadi 30 hari
sisa: 146 hari

Ngobrol tiap hari 1 jam, biar kita gak jadi anti sosial dan ketinggalan info dunia luar, total 15 hari
sisa: 131 hari

Hari yang ada ujiannya, pasti terlalu setres kan belajar kalo lagi ujian dan ulangan, minimal 1 tahun 50 hari
sisa: 81 hari

Hari libur nasional, lebaran, natal, imlek, cuti bersama, dan lain lain, total 40 hari
sisa: 41 hari

Hari sakit, normal kan sakit?? itu deh, setahun 10 hari kita sakit
sisa: 31 hari

Libur semester, kan tiap abis semester kita libur, ambil deh 2 minggu, jadi 14 hari
sisa: 17 hari

Waktu kita di perjalanan pulang pergi ke sekolah, ambil deh 30 menit, total, 8 hari
sisa: 9 hari

Nonton tv, dengerin musik, dan lain lain, ambil total 30 menit doang sehari, total 8 hari
sisa: 1 hari

1 hari terakhir ini, udah pasti hari ulang tahun kan??
sisa: 0 hari


Jelas kan kenapa kita gak bisa belajar?? normal dong kalo gak belajar, bukan salah kita dong?

sumber : 9gag.com

Senin, 16 Januari 2012

penantian yang tak kunjung datang

 untuk kali ini, gue bukan ngegalauin kapan seorang cewek ngampirin gue, trus bilang "gue suka ama lo, sal",, atau gue diberikan harapan palsu ama cewek yang baik banget, tp ternyata suka ama cowok lain, atau emang digantungin. ga jamannya sob..

digantungin nilai ama dosen itu sesuatu yah.

semester 1 kelaaaaaaaaaaaar.. perjuangan 4 bulan di masa awal kuliah udah gue lewatin.. adaptasi, orientasi, perkuliahan, hingga ujian pun udah lewat. rasanya kayak kentut, setelah ditahan 4 bulan, dan akhirnya capek itu ilang, lega banget pas teriak "yeaaaaaaaaaaay, semester 1 kelar, saatnya liburaaaaaaaaan"..

sejenak gue melupakan kalo tetep aja liburan semester 1 ini masih ada yg nahan, ibarat udah kentut, tapi masih nahan boker, dan harus cari tempat pembuangan terdekat. lega perjuangan udah dilewatin, tp tiba-tiba harus nerima kenyataan kalo nilai belom keluar. ibarat, udah berjuang abis-abisan, tp masih belom tau hasilnya kayak apa. yak, setan emang.

nostalgia masa sma, liburan berasa tenang,, seenggaknya kalo ada nilai yg belom memuaskan orangtua, udah dikasih tau sebelum liburan, jadi seenggaknya liburan ada dua kemungkinan,, bisa jadi selama liburan have fun,, atau cuman bisa terdiam di kamar,, dan tiap keluar kamar, ada dua makhluk yg siap nusuk bener-bener dari depan, trus ngomong "ngapain keluar, blajar sana di kamar, pokoknya ga ada main-main".. dan, sebagai manusia yang taat akan keadaan, eh taat pada orangtua, cuma bisa ngomong, "iya mah, pah," duduk di kursi, muka nunduk ke bawah, tangan megang hape, benerin simcard.

yak, dinamika masa sma itu bisa jadi kejadian lagi di kuliah, tp tentunya udah ga jamannya dimarahin dulu baru sadar, harus udah ada naluri untuk membanggakan orangtua, yak salah satunya atau cuman satu-satunya, dengan bangga ngasi tau nilai IP perdana di portal akademik yang bisa bikin orangtua ngucapin "selamat ya nak, kami bangga denganmu"

kalimat timbal balik itu tentunya harapan setiap mahasiswa, setiap maba (mahasiswa baru atau mahasiswa abadi).

momen itulah yang lagi gue tunggu, masih terus berharap nilai akan segera keluar di siak (sistem informasi akademik) dan bisa membuat orangtua bangga.

siak menjadi menu favorit setiap mahasiswa UI, terutama mahasiswa perdananya, soalnya hasil perjuangan mereka terlihat di situ melalui IP, entah perjuangan mulus, atau ngos-ngosan. tiap hari sesempet-sempetnya, mahasiswa terus pantengin tuh siak, menunggu 'sesuatu' untuk datang, walaupun penantian yang cukup lama, dan cukup bikin jantung ngap-ngapan (deg-degan).

buka situs siak, arahin mouse ke akademis, arahin kursor ke riwayat dan berharap dag dig dug nilai yang terpampang sesuai ekspektasi, kalo bisa A, ya paling enggak B lah,, sepait-paitnya yang penting lulus juga gapapa,, yang penting untuk semester 1 kagak ada mata kuliah yang ngulang.

digantungin dosen itu sesuatu yah, atau mungkin emang seharusnya nilai udah keluar, problem bisa terletak di dosen yang emang blm masukin nilai ke siak, dikarenakan quota modem mereka abis (derita anak kosan *katanya), atau emang siak yang macet total gara-gara banjir di banten *eh.

oia, untuk fakultas gue, fakultas mipa, ga ada istilah remed, jadi kalo blm lulus, ya ngulang di kesempatan berikutnya ampe lulus, bisa di semester pendek atau semester berikutnya.

yak, harapan selalu ada, mudah-mudahan kenyataan bisa sesuai dengan ekspektasi dan bisa membanggakan orangtua.

salam spons, :D

Sabtu, 14 Januari 2012

homolah sebelum di homoi

"solatlah sebelum disolati" sering banget kata ini dipampang di berbagai media untuk ngajak untuk menyegerakan solat, sebelum terlambat..

tapi, apakah "homolah sebelum dihomoi" berarti jadilah homo sebelum dideketin ama homo? cekidot..

udah jadi pemandangan yang biasa bagi kawanan anak-anak kampank (geng gue) yang isinya makhluk keringet coklat batangan yang kerjanya cuma ngalur ngidul jelas (ga jamannya lagi sob ngalur ngidul ga jelas), ngumpul kebo ama kawanan itu doang, kagak ada ceweknya. #miris

entah kesengajaan atau ketidakwajaran dari geng gue ini yang emang dari awal kebentuk ampe sekarang ngumpulnya cowok doang,, yang cuma bisa nengok kiri kanan mata panas ngeliat makhluk berkeringat coklat batangan. pemandangan yang awalnya jijik, rasanya pengen ngomong "cuy, gue boker dulu yak", dengan alibi bakal ngabur dari kawanan es krim coklat stik sosis tersebut. tapi lama-lama, seiring bergulirnya waktu, ampe 2012 ini kampank makin awet, justru pengen temu-kangen ngumpul ngadu bau keringet dari kota-kota berbeda, depok, jakarta, surabaya, jogjakarta, pengen tau siapa yang paling bau.

okeh, pemandangan yang jijik itu lama-lama jadi kebutuhan tersendiri. awal-awalnya sering ngomong "cuy gue boker dulu yak" bakal alibi, kelamaan alibinya jadi "cuy, otak manusia itu ada kanan ama kiri, gue pengen deh otak kanan gue dikosongin aja, biar penuh ama kenangan kita". yah jijik emang, gombal itu harusnya buat cewe, tapi belom ada cewe yg bisa digombal, akhirnya ngegombal ke sesama aja deh, biar laku.

okeh, setelah beberapa paragraf yang emang mengarah ke jabatan "homo", gue terinspirasi dari idola gue, spongebob yang gue kasi paradigma kalo dia homo, karena maenannya ama patrick mulu, ato ga ngisengin squitward. jarang banget dia maen ke kandangnya sandy, itu pun cuma dianggep sebagai temen, jadi gue anggep hubungan spongebob-patrick lebih dari sekadar sahabat, tapi homo.

yak, sebelom otak kalian menyetel bakal mencet tombol x di atas, gue ngelurusin aje, kalo geng gue ga homo kok, asli, apalagi gue, murni normal, suka ama cewek, walopun miris, blm ada cewek yang nempel lagi setelah setahun lamanya. #miris tapi harus nerima

yak, kayaknya lagi jamannya ngegombal. udah banyak reality show yang ngususin acaranya untuk para batangan gombal. yang awalnya dimulai dari "bapak kamu .... ", "kok tau?" "soalnya ...." ampe berkembang yang lebih kreatif macem "kamu punya duit 1000 ga?" "buat apa?" "buat markir di hati kamu"..

yak jaman cepet berubah, dari tarzan yang make celana doang gara-gara emang segitu doang bahannya, ampe cewe yang bahan celananya bejibun ga karuan, di tarzan-tarzanin, biar asoi seksi.

yak, buat para cowok, jangan ampe gombal-gombal itu disalahgunakan, terutama yang masih single. bisa jadi gombal salah sasaran, ibarat stik es krim salah masuk mulut.

so, homolah sebelum dihomoi. jadilah homo sejati ampe homo pun takut deketin, biar ga dihomoi.
pesen gaib itu boleh lo abaikan, gue cuma pengen ngasi saran buat cowok single di luar sana (gue juga) buat tetep ngejaga stik es krim kalian sebelum tepat waktunya masuk ke dalam mulut seseorang, dan juga jangan ampe salah mulut. eh salah, maksudnya tetep semangat buat para jombloers.

salam spons, :D

Rabu, 11 Januari 2012

1000 rupiah??

yak sebenernya ini kejadian udah lama, 3 maret 2010, gue liat di note fb ahahaha,, semoga menginspirasi :)

Sekarang gw pengen buat suatu inovasi bersensasi dalam bernote, supaya orang-orang terinspirasi dengan cerita gw ( mudah2an, hoho ).. Langsung aja, kisah gw ini baru gw alami tadi pulang sekolah yang gw pulang lebih lambat dari biasanya, yakni jam setengah tujuh.. Gw mulai pusing ga karuan karna udah malem, karna semalem-malemnya gw balik itu sebelum maghrib, serta gw balik transit di senen.. Dan feeling gw yang mengatakan malem-malem di senen itu kagak enak, bawaannya serem ama preman-preman di situ ( padahal kalo dipikir-pikir preman palingan takut ngeliat badan gw hoho ), tapi yang namanya feeling emang udah ngerasa paling bener deh.. Akhirnya gw mutusin buat ngajak bangkit yang pertamanya dia pengen ikut ridho.. Gw dengan santenya bilang, "gw bayarin deh angkotnya" ( bukan angkotnya yang dibayarin, tapi ongkosnya haha jayus ).. Oke, bangkit bilang oke..

Jalanlah gw bersama bangkit menuju kendaraan biru roda empat berbahasa prancis, MO1 .. Di jalan, gw sempet-sempetnya ngitung duit di kantong sambil ngubek-ngubek kantong saku gw itu.. Gw itung-itung cuman ada 4 ribu lima ratus rupiah ( 4500 ).. Gw baru nyadar untuk naik angkot uangnya kurang, untuk perjalanan dari senen ke rumah masing-masing.. Waduh, udah keburu janji bayarin orang lagi, ridhonya yang naik motor udah kagak tau kemana, jadi gw harus nepatin janji gw, walaupun gw harus muter otak.. Masuklah kita berdua ke dalam angkot, sambil gw nginget-nginget lagi apakah masih ada uang kecil di dompet, dan gw inget masih ada 500 di dompet gw, akhirnya selama perjalanan di kramat yang sempet stress nginget uang, gw lega untuk sementara waktu.. Dan terkumpullah uang 5000.. Udah selesai deg-degan gw.. Akhirnya untuk meredakan stress gw, gw ngobrol singkat dengan bangkit..

Nyampelah kita di senen dengan gw membayar 4000 untuk kita berdua ke supir M01.. Gw mikir, sebenernya gw harus naik M37 yang bayarannya 2000 untuk ke rumah gw, dan GW CUMAN PUNYA 1000.. Oh noo, GILA GW NAEK APA!!! Akhirnya gw milih naik P10 yang memang setelah nyampe di dempet ( transit sebelum balik lagi ke senen ) gw musti jalan kaki lumayan jauh.. Tapi gapapa lah, daripada nanti gw ribut ama supir M37 gara-gara bayar cuman 1000, yaudahlah gw naik P10 yang memang bayar cuma 1000.. Naiklah kita berdua ke P10 ( jurusan rumah gw ama bangkit sama, cuman bangkit turun duluan ).. Duduklah kita berdua di depan pintu belakang.. Pas kneknya nagihin, gw bayar dengan tenangnya.. Pas kneknya nagihin ke bangkit, GW BARU INGET GW UDAH JANJI BAYARIN DIA!!! Ahhh, LUPA GW !!! Keringet mulai mengalir di badan gw.. OH NO, GW LUPA KALO GW UDAH JANJI BAYARIN BANGKIT!!! Akhirnya selama perjalanan gw duduk sambil mikir gimana caranya supaya gw bisa bayar 1000nya bangkit.. Si knek ternyata ga nyadar kalo bangkit blom bayar..

Baguslah, jadi ada kesempatan buat gw untuk mikir.. Gw sempet mikir sih di dompet gw ada uang simpenan, yang hanya boleh dikeluarin kalo ada kondisi darurat, dan gw mikir akhirnya untuk pake uang itu, karna lagi DARURAT BANGET.. Pada saat ini bangkit udah turun, yaudah gw bilang ke kneknya uang tadi buat bayar anak sekolah yang satu lagi selain gw ( bangkit ).. Akhirnya gw tanya ke kneknya, gw tunjukkin uang gw dan dia bilang ga ada kembaliannya.. KICUAPLAH GW!!! Dan akhirnya gw nanya orang-orang untuk nukerin uang gw, dan berhasil.. Dengan sigapnya, gw langsung kasih 5000 ke kneknya, dan dibalikin 4000, karena gw takut gw ga sempet bayar ( akibat kondisi tertentu ) dan supaya hati gw lega.. Di jalan gw menikmati sisa perjalanan sambil gw mengingat kondisi gw di rumah yaitu : UANG 1000 SELALU GW TARO SEMBARANGAN, DAN AKHIRNYA GW SADAR BETAPA PENTINGNYA 1000 ITU!!

Teman-teman jangan pernah meremehkan uang sepeser pun, karena menghambur-hamburkan atau menyepelekan uang sekecil apapun akan menjadi laknat bagi kita..

This is the true story..
Makasih, mudah2an kalian menjadi terinspirasi untuk menghargai uang yang kalian punya..